Pada 8 September 2025, Presiden Prabowo Subianto melakukan reshuffle kabinet yang menempatkan Ferry Joko Juliantono sebagai Menteri Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (Kemenkop UKM), menggantikan Budi Arie Setiadi. Pergantian ini bukan sekadar perubahan personal, melainkan simbol pergeseran strategi pemerintah dalam memperkuat koperasi dan memberdayakan UMKM, yang selama ini menjadi tulang punggung perekonomian nasional.

Baca juga : Ayu Ting Ting Kesederhanaan Kehangatan Keluarga
Baca juga : sepak terjang karier dr purbaya yudhi sadewa
Baca juga : Candi Pananjung Warisan Hindu Buddha Pasundan
Baca juga : Los Millonarios liver plate Fanatisme
Baca juga : Sepak Bola Tarkam Antar Kampung desa
Indonesia memiliki lebih dari 65 juta pelaku UMKM yang menyumbang sekitar 61% PDB dan menyerap lebih dari 117 juta tenaga kerja. Namun, kontribusi besar itu belum diimbangi dengan daya saing global, akses pembiayaan, dan kelembagaan koperasi yang kuat. Dalam konteks inilah Ferry Juliantono hadir dengan latar belakang unik: aktivis reformasi, politisi Partai Gerindra, sekaligus praktisi koperasi dan perbankan. kiprah politik, gagasan, hingga program strategis Ferry Juliantono dalam memimpin Kemenkop UKM, serta tantangan besar yang menantinya
Biografi Singkat

http://www.junedoughty.com
Ferry Joko Juliantono lahir di Jakarta pada 27 Juli 1967. Ia menyelesaikan pendidikan dasar hingga menengah di ibu kota, kemudian melanjutkan kuliah di Universitas Padjadjaran (Unpad), jurusan Akuntansi, dan lulus tahun 1993. Ketertarikannya pada dunia ekonomi dan keuangan tidak berhenti di sana. Pada 2006, ia menempuh pendidikan magister di Universitas Indonesia dengan spesialisasi Ekonomi Politik Internasional.
Pendidikan ini membekalinya dengan dua fondasi penting: keterampilan teknis akuntansi dan keuangan, serta pemahaman struktural mengenai dinamika ekonomi global dan politik kebijakan. Kombinasi ini kelak memengaruhi gaya kepemimpinannya yang analitis namun tetap berpihak pada rakyat kecil.
Karier Profesional dan Aktivisme
Awal Karier Profesional

Ferry memulai karier sebagai auditor keuangan Yayasan Mandiri—proyek yang didukung USAID—pada 1991. Kemudian ia terjun sebagai konsultan industri kecil, auditor di BNI, dan komisaris di sejumlah perusahaan swasta. Pengalaman ini membuatnya akrab dengan persoalan mendasar UMKM: keterbatasan akses pembiayaan, lemahnya tata kelola, serta minimnya digitalisasi.
Aktivisme Reformasi
Selain profesional, Ferry juga aktif di dunia aktivisme. Ia pernah menjabat Sekretaris Jenderal Jaringan Aktivis Pro Demokrasi (2000–2006). Dalam kapasitas itu, ia terlibat dalam berbagai aksi advokasi demokrasi dan keadilan sosial. Bahkan pada 2008, Ferry sempat menjadi tahanan politik karena aksi menolak kenaikan harga BBM—suatu bukti konsistensinya dalam membela kepentingan rakyat kecil.
Aktivisme inilah yang membuatnya akrab dengan kelompok tani, nelayan, dan organisasi rakyat. Hubungan ini menjadi basis sosial yang penting ketika ia masuk ke dunia politik praktis.
Peran Politik dan Organisasi
Ferry kemudian bergabung dengan Partai Gerindra dan dipercaya sebagai Wakil Ketua Umum DPP Bidang Penggalangan Massa (2020–2025). Kedekatannya dengan Prabowo Subianto sudah terjalin lama, dan posisinya di partai memperkuat perannya dalam konsolidasi dukungan akar rumput.
Selain partai, ia aktif di berbagai organisasi:
- Ketua Umum Dewan Tani Indonesia (2005–sekarang)
- Wakil Direktur Pelaksana Induk Koperasi Tani Nelayan (Inkoptan)
- Wakil Ketua Umum Dekopin (Dewan Koperasi Indonesia)
- Sekretaris Jenderal Syarikat Islam (2021–2026)
- Ketua Umum IKA Unpad (2024–2028)
Keterlibatan ini bukan sekadar formalitas. Ia dikenal dekat dengan komunitas tani dan nelayan, serta konsisten mendorong koperasi sebagai basis ekonomi kerakyatan.
Kiprah di Kementerian Koperasi dan UKM
Wakil Menteri (2024–2025)

Pada 21 Oktober 2024, Ferry dilantik sebagai Wakil Menteri Koperasi dan UKM mendampingi Budi Arie Setiadi. Sejak awal, ia fokus pada rebranding koperasi agar lebih modern, inklusif, dan relevan dengan kebutuhan generasi muda.
Salah satu inisiatifnya adalah mendorong digitalisasi koperasi, termasuk peluncuran aplikasi diPasar, sebuah platform yang menghubungkan pedagang pasar dengan konsumen secara langsung. Tujuannya sederhana: memangkas rantai distribusi, menekan harga, dan meningkatkan pendapatan pedagang kecil.
Menteri Koperasi dan UKM (2025–sekarang)
Setelah setahun menjadi wakil menteri, Ferry naik menjadi Menteri. Dalam pidato perdananya, ia menegaskan bahwa program unggulan pemerintah adalah Koperasi Desa/Kelurahan Merah Putih (Kopdes Merah Putih). Targetnya ambisius: membentuk 80.000 koperasi desa/kelurahan dengan dukungan anggaran hingga Rp16 triliun.
Program ini tidak hanya bertujuan memperbanyak jumlah koperasi, tetapi juga memastikan koperasi hadir sebagai pusat ekonomi rakyat: dari distribusi pangan, pembiayaan mikro, hingga pemasaran produk UMKM.
Program Unggulan Ferry Juliantono
- Koperasi Desa/Kelurahan Merah Putih (Kopdes Merah Putih)
- Membangun koperasi di tingkat desa/kelurahan.
- Meningkatkan akses pembiayaan mikro.
- Menjadi pusat distribusi pangan & kebutuhan dasar.
- Digitalisasi Koperasi dan UMKM
- Meluncurkan aplikasi diPasar.
- Mendorong UMKM masuk ekosistem e-commerce.
- Mempercepat literasi digital bagi pelaku usaha kecil.
- Rebranding Koperasi
- Mengubah citra koperasi agar tidak hanya identik dengan simpan pinjam.
- Mengarahkan koperasi ke sektor modern: logistik, digital, energi terbarukan.
- UMKM Naik Kelas
- Mendorong formalitas UMKM: dari usaha mikro menjadi kecil, lalu menengah.
- Memperluas akses pembiayaan melalui kerja sama dengan perbankan & fintech.
- Program pelatihan dan inkubasi bisnis.
Tantangan Besar
Meski program-programnya progresif, Ferry menghadapi sejumlah tantangan serius:
- Rendahnya Literasi Koperasi
Banyak koperasi yang masih dikelola secara tradisional, minim pencatatan keuangan, dan rentan salah urus. - Pembiayaan UMKM
Akses permodalan masih sulit, suku bunga tinggi, dan jaminan sering jadi kendala. - Digital Divide
Tidak semua pelaku UMKM siap dengan digitalisasi, terutama di daerah terpencil. - Resistensi Birokrasi
Reformasi kelembagaan koperasi membutuhkan keberanian menghadapi birokrasi lama yang tidak fleksibel. - Persaingan Global
Produk UMKM harus bisa bersaing dengan barang impor murah, terutama dari Tiongkok.
Analisis: Gaya Kepemimpinan Ferry
Ferry Juliantono membawa gaya kepemimpinan yang khas: kombinasi aktivis pro-rakyat dan ekonom praktis. Latar belakangnya sebagai auditor membuatnya detail dalam angka, sementara pengalaman organisasinya membuatnya peka terhadap kebutuhan lapangan.

Sebagai politisi Gerindra, ia juga punya akses langsung ke pusat kekuasaan, yang bisa memudahkan koordinasi lintas kementerian. Namun, kedekatannya dengan basis rakyat membuatnya dituntut untuk benar-benar membuktikan bahwa koperasi bukan hanya jargon politik.
Jika berhasil, ia bisa menorehkan sejarah sebagai menteri yang merevitalisasi koperasi menjadi motor ekonomi rakyat modern.
Ferry Juliantono bukan sekadar politisi yang mendapat kursi menteri karena loyalitas partai. Ia adalah kombinasi unik: aktivis reformasi, ekonom, dan organisatoris koperasi. Dengan program Kopdes Merah Putih, digitalisasi koperasi, dan UMKM naik kelas, ia mencoba menjawab tantangan besar ekonomi rakyat Indonesia.
Namun, jalan yang ditempuhnya tidak mudah. Tantangan struktural, digitalisasi, pembiayaan, hingga daya saing global menjadi ujian kepemimpinannya.
Apabila ia berhasil, sejarah akan mencatatnya sebagai menteri yang benar-benar menghidupkan kembali koperasi sebagai soko guru perekonomian nasional, sesuai amanat Pasal 33 UUD 1945.