Nama Budi Gunadi Sadikin belakangan ini semakin sering muncul dalam percakapan publik, baik di media massa maupun ruang akademik. Ia bukan hanya dikenal sebagai Menteri Kesehatan Republik Indonesia sejak 23 Desember 2020, tetapi juga sebagai figur yang membawa warna berbeda dalam kepemimpinan sektor kesehatan Indonesia.

Baca juga : Club Nacional de Football Sejarah Uruguay
Baca juga : Don Lego Jejak Karya Konsistensi Ska Bandung
Baca juga : Wulan Guritno Pesona Abadi Ketangguhan
Baca juga : Club Atlético Peñarol Sejarah uruguay
Baca juga : Wisata Kota Brebes Menyelami Alam Budaya
Baca juga : Terbang Genjring MusikTradisional Islami Brebes
Budi Gunadi bukan berasal dari latar belakang kedokteran atau kesehatan, melainkan dari dunia perbankan, bisnis, dan teknologi informasi. Fakta ini membuat banyak pihak sempat meragukan kemampuannya ketika ditunjuk Presiden Joko Widodo untuk menggantikan Terawan Agus Putranto di tengah krisis global pandemi COVID-19.
Namun, perjalanan karier dan sepak terjang Budi Gunadi menunjukkan bahwa ia memiliki pengalaman manajerial, kepemimpinan, dan pengelolaan institusi besar, yang justru menjadi modal penting dalam mengelola sistem kesehatan yang kompleks. Dari dunia perbankan hingga kementerian, ia telah membuktikan kapasitasnya sebagai seorang teknokrat yang piawai.
Kehidupan Awal dan Pendidikan
Budi Gunadi Sadikin lahir di Bandung, Jawa Barat, pada 6 Mei 1964. Sejak kecil, ia dikenal sebagai pribadi yang tekun dan memiliki kecenderungan pada bidang sains. Minatnya pada ilmu pengetahuan kemudian membawanya menempuh pendidikan di salah satu universitas terbaik di Indonesia, yaitu Institut Teknologi Bandung (ITB).
Di ITB, ia memilih jurusan Fisika Nuklir, sebuah disiplin ilmu yang membutuhkan kecermatan analitis dan kemampuan logika tingkat tinggi. Tahun 1988, ia resmi menyelesaikan studinya dan memperoleh gelar sarjana (S-1). Tidak seperti banyak teman seangkatannya yang langsung masuk ke dunia penelitian atau industri energi, Budi justru memilih jalur berbeda: teknologi informasi dan perbankan.
Karier Awal: Teknologi dan Perbankan
IBM Asia-Pacific, Tokyo (1988 – 1994)

http://www.junedoughty.com
Setelah lulus, Budi memulai karier profesionalnya di IBM Asia-Pacific, Tokyo, Jepang. Ia bekerja di bidang teknologi informasi dan memperoleh pengalaman internasional yang sangat berharga. Selama enam tahun di sana, ia mempelajari budaya kerja korporasi global, sistem manajemen teknologi, serta pentingnya inovasi dalam dunia industri.
Bank Bali (1994 – 1999)
Setelah kembali ke Indonesia, ia bergabung dengan Bank Bali, salah satu bank swasta terbesar pada masanya. Di sini, Budi menduduki berbagai posisi strategis, termasuk General Manager Human Resources dan Regional Manager. Masa ini menjadi periode penting yang memperkenalkan dirinya pada dunia perbankan secara lebih mendalam.
ABN AMRO Bank (1999 – 2004)
Karier Budi semakin menanjak ketika ia bergabung dengan ABN AMRO Bank, sebuah bank multinasional asal Belanda. Ia dipercaya sebagai Senior Vice President, memimpin sektor konsumer dan komersial di Indonesia dan Malaysia. Pengalaman internasional kembali memperluas cakrawala Budi, terutama dalam hal manajemen risiko, investasi, dan pengembangan strategi bisnis.
Bank Danamon & Adira Quantum Multi Finance (2004 – 2006)
Selanjutnya, Budi pindah ke Bank Danamon Indonesia sebagai Executive Vice President Consumer Banking. Ia juga pernah berperan dalam Adira Quantum Multi Finance, anak usaha Danamon, yang fokus pada pembiayaan konsumen.
Bank Mandiri: Puncak Karier Perbankan
Budi Gunadi mencapai salah satu puncak kariernya ketika bergabung dengan Bank Mandiri, bank milik negara terbesar di Indonesia.

- 2006 – 2013: Ia menjabat sebagai Direktur Mikro dan Ritel. Dalam posisi ini, ia berperan besar dalam memperluas layanan mikrofinansial, yang membantu masyarakat kecil mendapatkan akses kredit.
- 2013 – 2016: Ia diangkat menjadi Direktur Utama Bank Mandiri. Di bawah kepemimpinannya, Bank Mandiri mengalami pertumbuhan signifikan baik dari sisi aset, jumlah nasabah, maupun kinerja keuangan.
Kepemimpinannya di Bank Mandiri membuktikan bahwa Budi adalah sosok yang mampu mengelola institusi besar dengan jutaan nasabah dan ribuan pegawai.
Masuk ke Dunia BUMN dan Pemerintahan
Staf Khusus Kementerian BUMN (2016 – 2017)

Setelah meninggalkan Bank Mandiri, Budi direkrut menjadi Staf Khusus Menteri BUMN. Pengalaman ini memperkenalkannya lebih dekat dengan dinamika kebijakan publik dan peran pemerintah dalam mengelola aset negara.
Direktur Utama PT Indonesia Asahan Aluminium (Inalum) (2017 – 2019)
Pada 2017, Budi ditunjuk sebagai Direktur Utama PT Inalum (Persero). Di sini, ia memimpin perusahaan yang mengelola industri pertambangan strategis Indonesia. Salah satu capaian pentingnya adalah proses akuisisi 51% saham PT Freeport Indonesia, yang membuat pemerintah Indonesia menjadi pemegang saham mayoritas. Langkah ini dianggap sebagai salah satu tonggak bersejarah dalam penguasaan sumber daya alam nasional.
Wakil Menteri BUMN (2019 – 2020)
Pada Oktober 2019, Budi dipercaya Presiden Joko Widodo sebagai Wakil Menteri I BUMN mendampingi Erick Thohir. Ia bertugas mengawasi sektor keuangan, infrastruktur, serta berbagai perusahaan pelat merah strategis.
Menteri Kesehatan Republik Indonesia (2020 – sekarang)
Pada 23 Desember 2020, Presiden Joko Widodo merombak kabinet Indonesia Maju. Salah satu keputusan mengejutkan adalah menunjuk Budi Gunadi Sadikin sebagai Menteri Kesehatan, menggantikan Terawan Agus Putranto.
Penunjukan ini sempat menimbulkan pro-kontra karena Budi bukan dokter atau tenaga kesehatan. Namun, Presiden menilai bahwa pada masa pandemi COVID-19, yang lebih dibutuhkan adalah kemampuan manajerial, pengelolaan sistem, dan strategi distribusi sumber daya.
Kebijakan dan Program Strategis
1. Penanganan Pandemi COVID-19

- Memimpin program vaksinasi nasional sejak awal 2021.
- Mengawal distribusi vaksin hingga ke pelosok Indonesia, bekerja sama dengan TNI, Polri, dan pemerintah daerah.
- Meningkatkan kapasitas testing dan tracing COVID-19.
- Mengembangkan sistem PeduliLindungi, aplikasi untuk memantau mobilitas dan status vaksinasi masyarakat.
2. Transformasi Sistem Kesehatan Nasional
Budi meluncurkan enam pilar transformasi kesehatan, yaitu:
- Transformasi layanan primer.
- Transformasi layanan rujukan.
- Transformasi sistem ketahanan kesehatan.
- Transformasi sistem pembiayaan kesehatan.
- Transformasi SDM kesehatan.
- Transformasi teknologi kesehatan.
3. Program Imunisasi dan Kesehatan Anak
- Memperkenalkan vaksin baru, seperti HPV untuk pencegahan kanker serviks, PCV untuk pneumonia, dan rotavirus.
- Meningkatkan cakupan imunisasi dasar lengkap bagi anak-anak.
4. Kerjasama Internasional
- Mendorong pembentukan Pandemic Fund saat Indonesia memimpin G20 tahun 2022.
- Aktif dalam kerjasama global untuk kesiapsiagaan menghadapi pandemi di masa depan.
Kritik dan Tantangan
Tidak semua langkah Budi mendapat sambutan positif. Beberapa kritik yang sempat muncul antara lain:
- Ketidaksiapan awal distribusi vaksin di beberapa daerah.
- Ketergantungan pada vaksin impor pada tahap awal pandemi.
- Kebijakan aplikasi PeduliLindungi yang dianggap terlalu membatasi masyarakat pada awal penerapannya.
- Perdebatan mengenai fokus kementerian yang lebih menekankan pada manajemen dibandingkan aspek medis.
Namun, seiring waktu, banyak kritik tersebut mereda setelah program vaksinasi berjalan masif dan Indonesia mampu keluar dari puncak krisis COVID-19.
Capaian dan Kontribusi
- Vaksinasi COVID-19: Hingga akhir 2022, lebih dari 200 juta dosis vaksin berhasil disuntikkan ke masyarakat Indonesia.
- Cakupan Imunisasi Nasional: Program vaksin HPV mulai digratiskan untuk anak sekolah perempuan, langkah penting dalam pencegahan kanker serviks.
- Ketahanan Kesehatan: Pembentukan “Pandemic Fund” dan keterlibatan aktif Indonesia dalam G20.
- Reformasi Layanan Kesehatan: Dorongan agar rumah sakit rujukan diperbanyak, terutama di daerah terpencil.
Budi Gunadi Sadikin adalah contoh nyata seorang teknokrat yang mampu beradaptasi lintas sektor. Dari dunia fisika nuklir, perbankan, hingga kesehatan, ia menunjukkan bahwa kepemimpinan, strategi, dan manajemen merupakan keterampilan yang dapat diaplikasikan secara universal.
Sebagai Menteri Kesehatan, ia membawa paradigma baru: kesehatan bukan hanya soal medis, tetapi juga soal manajemen sistem, distribusi sumber daya, dan tata kelola yang efisien. Dengan segala capaian dan tantangan, ia tetap menjadi salah satu figur penting dalam pemerintahan Indonesia modern.