Dalam jagat politik Indonesia, nama Bahlil Lahadalia bukan lagi sosok asing. Ia kini menduduki kursi strategis sebagai Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), setelah sebelumnya menjabat sebagai Menteri Investasi/Kepala BKPM. Perjalanan hidupnya sering disebut sebagai cerita inspiratif: seorang anak dari keluarga sederhana di Maluku, yang pernah bekerja serabutan untuk membiayai sekolah, kini berada di jantung pengambil kebijakan energi nasional.

Baca juga : Atlético Nacional Raksasa Hijau Medellín
Baca juga : Gaya Hidup Dian Sastrowardoyo Karier Keluarga
Baca juga : Club Atlético Independiente Rey de Copas Argentina
Baca juga : wisata Patagonia Keajaiban Alam
Baca juga : Biografi Profesional Emil Elestianto Dardak
Namun, sosok Bahlil tidak hanya soal kisah perjuangan hidup. Ia juga dikenal sebagai pengusaha, aktivis organisasi, dan pejabat yang berani bicara lantang. Dari HIPMI (Himpunan Pengusaha Muda Indonesia) hingga ke kabinet Jokowi, Bahlil membawa gaya kepemimpinan yang khas: lugas, praktis, dan berorientasi hasil. Di balik itu, ada pula kritik, kontroversi, serta tantangan berat yang menantinya di sektor energi—dari masalah LPG 3 kg, transisi energi hijau, sampai penurunan lifting minyak nasional.
Masa Kecil dan Latar Belakang
Bahlil Lahadalia lahir di Banda, Kabupaten Maluku Tengah, pada 7 Agustus 1976. Ia tumbuh dalam keluarga sederhana. Sang ayah bekerja sebagai buruh bangunan, sementara ibunya membantu ekonomi keluarga dengan bekerja sebagai buruh cuci pakaian. Kehidupan kecil Bahlil penuh keterbatasan.
Dalam berbagai wawancara, ia kerap mengingat masa ketika harus ikut membantu mencari nafkah sejak masih kecil. Bahlil pernah menjadi tukang semir sepatu, penjual kue, hingga sopir angkot di Jayapura. Pekerjaan itu ia lakukan sambil bersekolah, demi membantu keluarga sekaligus membiayai pendidikan dirinya sendiri.
Perjuangan itu membentuk karakter Bahlil: ulet, pekerja keras, dan tidak mudah menyerah. Ia sendiri pernah mengatakan bahwa pengalaman masa kecil membuatnya memahami betapa sulitnya rakyat kecil mencari penghidupan.
Soal pendidikan, Bahlil menempuh bangku kuliah di Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE) Port Numbay, Jayapura, Papua, hingga meraih gelar sarjana ekonomi. Ia kemudian melanjutkan studi pascasarjana dan meraih gelar magister di Universitas Cenderawasih, Jayapura.
Karier Organisasi dan Dunia Usaha
Selain di kampus, Bahlil aktif dalam organisasi. Ia bergabung dengan Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) dan pernah menjabat sebagai Bendahara Umum PB HMI. Dari organisasi ini, ia belajar jaringan politik, kepemimpinan, dan manajemen konflik.

http://www.junedoughty.com
Setelah lulus kuliah, Bahlil tidak langsung terjun ke politik. Ia memilih jalur usaha. Ia mendirikan dan memimpin perusahaan bernama PT Rifa Capital, yang kemudian berkembang ke berbagai bidang, termasuk kontraktor, perkebunan, transportasi, hingga properti.
Puncak kiprahnya di dunia usaha adalah saat ia memimpin HIPMI (Himpunan Pengusaha Muda Indonesia) pada periode 2015–2019. Dari HIPMI inilah nama Bahlil mulai dikenal luas, baik di kalangan pengusaha maupun politikus. HIPMI menjadi batu loncatan yang membawanya masuk ke lingkaran kekuasaan, terutama setelah ia aktif mendukung kampanye Joko Widodo (Jokowi) dalam Pemilu 2019.
Jalan Menuju Pemerintahan
Dukungan Bahlil kepada Jokowi tidak bertepuk sebelah tangan. Pada Oktober 2019, ia diangkat menjadi Kepala BKPM (Badan Koordinasi Penanaman Modal). Tugasnya: meningkatkan investasi, menyederhanakan perizinan, dan memperbaiki iklim usaha.

Di bawah kepemimpinannya, BKPM berhasil mencatat peningkatan realisasi investasi yang signifikan. Pada 2020, meskipun dihantam pandemi COVID-19, realisasi investasi tetap tumbuh. Lalu pada 2023, Indonesia mencatatkan realisasi investasi sebesar Rp 1.418,9 triliun, melampaui target Rp 1.400 triliun.
Keberhasilan ini membuat Jokowi semakin percaya. Pada 28 April 2021, ia dilantik sebagai Menteri Investasi/Kepala BKPM—jabatan baru hasil perubahan kelembagaan. Dari sini, peran Bahlil semakin strategis, terutama dalam mengawal agenda hilirisasi sumber daya alam, seperti nikel dan bauksit.
Lalu, pada 19 Agustus 2024, Jokowi kembali memberikan kepercayaan besar: Bahlil dilantik sebagai Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menggantikan Arifin Tasrif. Jabatan ini menempatkan Bahlil di sektor vital, mengelola sumber daya energi yang menjadi tulang punggung ekonomi nasional.
Prestasi dan Kebijakan Penting

Sejak menjabat di ESDM, Bahlil menekankan dua hal utama: hilirisasi dan reformasi energi. Ia menegaskan bahwa Indonesia tidak boleh terus menjadi negara pengekspor bahan mentah, melainkan harus mengolah sumber daya alam agar memberi nilai tambah.
- Hilirisasi Minerba
- Bahlil melanjutkan kebijakan Jokowi untuk menghentikan ekspor bahan mentah, khususnya nikel, bauksit, dan tembaga.
- Kebijakan ini mendorong pembangunan smelter dan industri baterai kendaraan listrik.
- Reformasi Subsidi Energi
- Ia menyoroti masalah distribusi LPG 3 kg yang sering tidak tepat sasaran.
- Pemerintah di bawah kepemimpinannya sedang merancang sistem distribusi berbasis data penerima manfaat agar subsidi lebih adil.
- Transisi Energi
- Bahlil juga harus mengawal agenda transisi energi: mengurangi ketergantungan pada batu bara dan meningkatkan energi baru terbarukan (EBT).
- Namun, ia realistis bahwa transisi energi tidak bisa dilakukan secara instan, mengingat ketergantungan masyarakat pada energi fosil masih tinggi.
- Peningkatan Investasi Energi
- Salah satu targetnya adalah menarik investasi besar di sektor EBT, termasuk panas bumi, tenaga surya, dan tenaga angin.
Isu, Kontroversi, dan Kritik Publik
Sebagai pejabat publik, langkah Bahlil tidak selalu mulus. Beberapa kebijakannya menuai kritik.
- Distribusi LPG 3 kg
- Masyarakat di sejumlah daerah mengeluh kesulitan mendapatkan gas subsidi.
- Kritik menyebut kebijakan Bahlil membuat distribusi semakin sulit. Namun pemerintah berdalih bahwa pengetatan distribusi bertujuan agar subsidi tepat sasaran.
- Penurunan Lifting Minyak
- Produksi minyak nasional mengalami penurunan tajam. Dari puncak 1,6 juta barel per hari pada 1996–1997, kini hanya sekitar 580 ribu barel per hari.
- Hal ini memunculkan pertanyaan: apakah Indonesia masih bisa swasembada energi?
- Transisi Energi
- Kelompok masyarakat sipil, seperti PWYP Indonesia, menilai Bahlil harus memastikan transisi energi dilakukan secara adil. Jangan sampai masyarakat kecil menanggung beban, sementara korporasi besar menikmati keuntungan.
- Kritik terhadap Hilirisasi
- Meski hilirisasi membawa nilai tambah, ada kritik bahwa kebijakan ini terlalu menguntungkan investor asing dan tidak cukup memberi ruang bagi pengusaha lokal.
Tantangan ke Depan
Sebagai Menteri ESDM, Bahlil menghadapi tantangan besar:
- Ketahanan Energi
- Indonesia masih impor minyak mentah dan BBM dalam jumlah besar. Bagaimana mengurangi ketergantungan ini?
- Keadilan Subsidi
- Menata distribusi LPG 3 kg agar benar-benar tepat sasaran tanpa menyulitkan masyarakat miskin.
- Transisi Energi Hijau
- Mendorong energi terbarukan, sambil tetap menjaga stabilitas pasokan listrik.
- Investasi EBT
- Menarik investor global untuk masuk ke proyek-proyek energi bersih di Indonesia.
- Pengelolaan SDA yang Transparan
- Menghindari praktik rente, korupsi, dan memastikan bahwa hasil SDA memberi manfaat sebesar-besarnya bagi rakyat.

Kisah hidup Bahlil Lahadalia adalah cermin perjalanan seorang anak bangsa dari pinggiran yang berhasil menembus lingkaran kekuasaan. Dari anak buruh bangunan di Maluku, sopir angkot di Jayapura, hingga menjadi menteri yang mengendalikan sektor energi, ia menunjukkan betapa perjuangan, jaringan, dan keberanian bisa membawa seseorang jauh melampaui batas awalnya.
Namun, perjalanan ke depan jauh lebih menantang. Bahlil tidak hanya dituntut untuk menjaga investasi dan hilirisasi, tetapi juga menjawab isu besar: transisi energi, keadilan subsidi, dan ketahanan energi nasional. Apakah ia mampu menjawab semua ekspektasi publik? Sejarah yang akan mencatatnya.